Opini: Dua Jalan Gen Z – Dari Sahdan Arya Maulana Sang Ketua RT Termuda hingga Nur Afifah Balqis Sang Koruptor Termuda

Kontras dua jalan Gen Z ini penting untuk direnungkan. (ilustrasi/essensi.co)

RUANG BERSUARA – Generasi Z sering dijuluki generasi cerdas, kreatif, dan melek digital. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa usia dan kecanggihan teknologi saja tidak menjamin arah hidup seseorang. Dua nama berikut menjadi cerminan nyata: Sahdan Arya Maulana, ketua RT termuda yang menginspirasi, dan Nur Afifah Balqis, yang tercatat sebagai koruptor termuda.

Sahdan Arya Maulana, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta, terpilih sebagai Ketua RT 07 RW 08, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, saat usianya baru 19 tahun. Tak hanya soal usia, Sahdan membawa semangat baru memimpin pengecoran jalan sepanjang 100 meter, pembagian sembako, pemasangan CCTV, hingga santunan untuk warga yang membutuhkan.

Semua dijalankan bukan demi popularitas, tetapi sebagai wujud tanggung jawab dan keberanian anak muda terjun langsung ke persoalan masyarakat.

Di sisi lain, nama Nur Afifah Balqis menjadi ironi generasi Z. Masih berusia 24 tahun, ia menjadi bagian dari kasus suap di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dan dijatuhi hukuman 4 tahun 6 bulan penjara. Kasusnya menjadi catatan kelam, Nur Afifah bukan hanya koruptor perempuan, tetapi juga menjadi koruptor termuda dalam sejarah penanganan KPK saat itu.

Kontras dua jalan ini penting untuk direnungkan. Sama-sama muda, sama-sama generasi digital, tetapi pilihan yang mereka ambil berbeda jauh. Sahdan memilih jalan yang sulit—bergerak dari bawah, melayani masyarakat tanpa pamrih. Nur Afifah justru tergoda jalan pintas, terlibat dalam pusaran suap yang merugikan kepercayaan publik.

Fenomena ini menjadi pengingat bahwa membina karakter generasi muda tidak cukup hanya mengajarkan pengetahuan. Kita perlu menguatkan nilai-nilai integritas, tanggung jawab sosial, dan keberanian berkata “tidak” pada godaan jalan pintas.

Masyarakat juga memegang peran besar: memberikan ruang bagi anak muda seperti Sahdan untuk tumbuh, sekaligus mengingatkan dan menegakkan hukum terhadap mereka yang memilih jalan salah seperti Nur Afifah. Karena akhirnya, masa depan bangsa bukan hanya ditentukan oleh usia muda, tetapi oleh keberanian untuk memegang teguh nilai kebenaran.