Fenomena Remaja Bekasi: Dari Label Kenakalan Menuju Refleksi Sosial
RUANG BERSUARA – Fenomena kenakalan remaja seringkali menjadi sorotan di berbagai daerah, tak terkecuali di Kabupaten Bekasi. Tawuran, aksi kekerasan, atau sikap apatis terhadap pendidikan seakan menjadi pemandangan yang jamak. Namun, benarkah mereka “nakal” atau justru mereka sedang mencari arah dan perhatian yang tidak mereka dapatkan?
Sebagai pemuda yang besar di Bekasi, Agha Syahid melihat langsung bahwa banyak remaja di sini bukan bermasalah. Mereka hanya tidak punya ruang, bimbingan, dan kesempatan yang memadai. Di tengah pesatnya perkembangan kota industri ini, sayangnya tidak semua remaja bisa ikut tumbuh dan berkembang bersama.
Bekasi memang dikenal sebagai kawasan industri besar. Namun, remaja yang tinggal di wilayah padat atau pinggiran masih kesulitan mengakses pendidikan yang relevan dengan kebutuhan zaman. Peluang kerja dan akses untuk memulai usaha pun sangat terbatas. Akibatnya, semangat dan energi besar mereka tidak tersalurkan ke hal-hal positif.
Remaja bukanlah masalah. Mereka adalah potensi kekuatan besar yang siap membangun jika diberi ruang yang tepat. Oleh karena itu, Agha Syahid menawarkan beberapa solusi nyata:
Solusi Nyata untuk Potensi Remaja Bekasi
- Orang Tua Harus Lebih Hadir: Remaja membutuhkan dukungan dari rumah, bukan hanya soal sandang pangan. Mereka perlu didengar dan dihargai. Kehadiran emosional orang tua – dengan ngobrol, memahami, dan mendukung di saat sulit – akan membentuk mental mereka menjadi lebih kuat.
- Sediakan Tempat Aman untuk Ekspresi: Remaja membutuhkan wadah untuk menyalurkan ide dan minat mereka. Pemerintah dan masyarakat bisa membangun pusat kegiatan seperti balai pemuda, taman komunitas, atau studio kreatif. Kita juga bisa menciptakan platform digital yang memungkinkan mereka belajar, berjejaring, dan berbagi peluang.
- Sekolah Harus Jadi Ruang Pengembangan Soft Skill dan Hard Skill: Kurikulum sekolah di Bekasi harus beradaptasi menjadi tempat di mana remaja tidak hanya mendapatkan ijazah, tetapi juga mengembangkan soft skill seperti kemampuan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah, serta hard skill yang relevan dengan kebutuhan industri dan kewirausahaan di Bekasi. Dengan banyaknya pabrik dan perusahaan di sini, sekolah harus fokus membekali mereka dengan keahlian praktis. Lingkungan sekolah juga harus ramah, didukung oleh guru dan konselor yang peduli, agar remaja merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar dan berkembang.
- Libatkan Remaja dalam Kegiatan Sosial: Ajak remaja aktif di kegiatan RT, RW, atau desa. Beri mereka tanggung jawab sebagai panitia acara, penggerak sosial, atau relawan lingkungan. Dengan demikian, mereka akan merasa dihargai dan belajar menjadi pemimpin.
- Buka Peluang Magang dan Usaha Kecil: Bekasi kaya akan industri dan UMKM. Pemerintah dapat berkolaborasi dengan sektor-sektor ini untuk membuka program magang. Selain itu, perlu dibangun inkubator bisnis khusus remaja: tempat mereka belajar usaha, mendapatkan pelatihan, dan akses modal kecil agar ide-ide inovatif mereka bisa terwujud.
Kalangan Remaja khususnya di Bekasi memiliki potensi yang luar biasa. Namun, jika mereka tidak diberi ruang, mereka bisa merasa tersisih. “Mari berhenti menghakimi dan mulai mendampingi. Berdayakan mereka hari ini, agar mereka bisa membangun Bekasi yang lebih baik esok hari,” tegas Agha Syahid.