Turun di Atas Kertas: Menelisik Ilusi Penurunan Pengangguran di Bekasi
ESSENSI.CO, KABUPATEN BEKASI – Angka itu tampak seperti kabar baik. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Bekasi menurun dari 10,31% (2022) menjadi 8,87% (2023), lalu sedikit turun lagi menjadi 8,82% (2024). Data BPS Kabupaten Bekasi mengonfirmasi tren tersebut dalam rilis Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2024.
Namun, dalam tiap persen itu tersembunyi kisah kompleks: antara pengurangan angka, kenyataan pekerja informal, dan tantangan menyamakan antara statistik dan kehidupan nyata.
Saat Statistik Menyapa Kehidupan
Dalam rilis resmi BPS, pada Agustus 2024, jumlah angkatan kerja Kabupaten Bekasi tercatat 1,620 juta orang. Dari jumlah itu, sebagian besar kini bekerja di sektor informal pekerjaan tak tetap atau usaha mikro yang pendapatannya jauh dari kata mapan.
Penurunan TPT dari angka dua digit menjadi kurang dari 9% sering dijadikan simbol pemulihan pascapandemi. Tapi bila mayoritas pekerjaan masih berada di ranah informal, seberapa besar dampak perubahan itu terasa di tingkat rumah tangga?
Data dan Pergeseran Sektor
Data BPS mengungkap dinamika sektor pekerjaan:
- Sektor jasa meningkat tajam dalam penyerapan tenaga kerja antara 2023 dan 2024.
- Sektor industri dan pertanian justru mengalami stagnasi atau penurunan dalam kemampuan menyerap tenaga kerja baru.
- Di sisi formal, proporsi pekerja yang bekerja secara formal hanya sedikit di atas setengah dari total pekerja sisanya bekerja informal.
Perubahan struktural ini menegaskan bahwa penurunan TPT bukan selalu berarti lapangan kerja baru muncul dalam kondisi ideal, sering justru yang tumbuh adalah kerja nonstay atau paruh waktu, dengan perlindungan sosial yang lemah.
Meretas Tantangan ‘Kesenjangan Kompetensi’
Wawancara dengan sejumlah pengamat lokal dan pejabat daerah menunjukkan masalah klasik, mismatch antara kompetensi pencari kerja dan kebutuhan perusahaan. Sebagian pencari kerja tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan, atau kurang akses pendidikan vokasi yang relevan.
“Banyak warga Bekasi lokal yang tidak familiar dengan teknologi manufaktur baru atau sistem digital industri,” ujar seorang pengamat ekonomi dari universitas di Bekasi. Untuk mereka, meskipun angka pengangguran turun, realitas di lapangan belum berubah secara radikal.
Tarik Ulur Antara Harapan dan Kenyataan
Bagi sebagian warga Bekasi, angka 8,82 % mungkin terasa jauh dari kenyataan sehari-hari. Rumah tangga yang belum bisa stabil pendapatannya, usaha mikro yang terus bergulat, dan generasi muda yang gelisah menanti kerja tetap semua itu menciptakan irama tersendiri di daerah industri ini.
Angka resmi memberikan kerangka: kabupaten ini sedang berupaya keluar dari tekanan pengangguran tinggi. Tapi untuk meyakinkan bahwa penurunan itu betul-betul terasa, diperlukan langkah konkret, pelatihan yang relevan, akses informasi kerja lokal, perlindungan pekerja, hingga investasi sektor yang lebih menyerap pekerja lokal.
(map)