Tak Hanya Sahroni, Rumah Artis hingga Menteri Jadi Sasaran Amuk Massa
ESSENSI.CO, RUANG BERSUARA – Di tengah hiruk pikuk demonstrasi yang mengguncang Jakarta, Sabtu malam berubah menjadi mimpi buruk bagi sejumlah tokoh publik. Rumah yang seharusnya menjadi benteng terakhir perlindungan justru luluh lantak di tangan massa. Di Tanjung Priok, Setiabudi, Pondok Bambu, hingga Bintaro, pintu-pintu rumah dijebol, harta benda diangkut, bahkan kenangan pribadi turut dihapus dalam amukan massa.
Sahroni: Kolam Renang yang Jadi Arena Hiburan Massa
Ahmad Sahroni, Wakil Ketua Komisi III DPR RI, hanya bisa menyaksikan lewat video beredar bagaimana rumahnya dijadikan ajang “festival”. Ada yang berenang di kolam pribadinya, ada pula yang memamerkan tumpukan uang asing di media sosial. Ferrari merah yang dulu kerap dipamerkan dalam konten otomotifnya kini hancur, ban sobek, kaca pecah.
“Rumah itu bukan hanya aset, tapi juga cerita keluarga,” ujar seorang kerabat. Yang tersisa kini hanya puing dan trauma.
Eko Patrio: Rumah Rp 150 Miliar yang Tak Tersisa Nyawa
Di Setiabudi, Jakarta Selatan, rumah mewah milik Eko Patrio komedian sekaligus politisi PAN tidak lagi menyimpan keceriaan. Kulit kursi, kulkas, hingga dispenser lenyap dibawa massa. Ironis, perabot yang dulu menemani sarapan keluarga hilang begitu saja di tengah teriakan demonstran.
“Bukan soal barangnya, tapi rasa aman itu hilang,” ungkap seorang tetangga yang menyaksikan dari balik pagar.
Uya Kuya: Dari Klarifikasi ke Penyesalan
Sebelum rumahnya digeruduk, Uya Kuya sempat membuat klarifikasi di media sosial, meminta maaf atas ucapan-ucapannya. Namun, massa tak peduli. Pondok Bambu menjadi saksi bagaimana pintu rumah dirusak, bahkan hal-hal sepele seperti sapu lidi hingga kucing peliharaan ikut raib. Seorang tetangga bercerita, “Anak-anaknya menangis ketakutan. Mereka kehilangan bukan hanya barang, tapi juga rasa percaya pada lingkungan sekitar.”
Nafa Urbach: Rumah yang Sunyi Diterjang 15 Menit Horor
Di Bintaro, kediaman Nafa Urbach hanya bertahan 15 menit sebelum digilas massa. Barang-barang berharga seperti televisi, kulkas, hingga koleksi pakaian mewah raib seketika. Nafa sempat meminta maaf kepada publik, berharap amarah mereda, namun gelombang massa tak bisa dibendung. Kini rumahnya sunyi, meninggalkan bayangan trauma seorang ibu yang harus melindungi anak di tengah amukan orang banyak.
Sri Mulyani: Menteri yang Kehilangan Rumahnya Sendiri
Bahkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, tak luput. Rumahnya di Bintaro dijarah dini hari. Dari perhiasan, peralatan dapur, hingga ring basket di halaman semuanya lenyap. Sosok yang dikenal tangguh dalam mengelola APBN kini harus menghadapi kenyataan pahit, tempat paling pribadi miliknya porak poranda. “Saya tidak pernah membayangkan rumah bisa hancur seperti ini,” katanya singkat kepada wartawan.
Ketika Rumah Tak Lagi Menjadi Rumah
Bagi masyarakat, rumah adalah simbol aman, nyaman, dan penuh kenangan. Namun peristiwa ini memperlihatkan bagaimana amarah kolektif bisa meluluhlantakkan batas kemanusiaan. Harta benda bisa diganti, tapi rasa aman yang hilang meninggalkan luka yang lama sembuhnya.
Kini, setelah riuh massa reda, hanya ada lantai yang pecah, dinding hangus, dan keluarga yang berusaha memungut serpihan kehidupan mereka. Sebab, lebih dari sekadar penjarahan, ini adalah tragedi tentang hilangnya ruang paling sakral: RUMAH.