Ruang Bersuara

Penerangan Jalan Umum di Kabupaten Bekasi: Ironi di Jantung Industri

Penerangan Jalan Umum di Kabupaten Bekasi: Ironi di Jantung Industri. Foto: Istimewa

ESSENSI.CO – Kabupaten Bekasi, dengan reputasinya sebagai salah satu pusat industri terbesar di Asia Tenggara, memegang peranan krusial dalam perekonomian nasional. Ribuan pabrik beroperasi di sini, menciptakan jutaan lapangan kerja dan berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun, di balik gemerlapnya aktivitas ekonomi siang hari, kondisi Penerangan Jalan Umum (PJU) di beberapa area masih menyisakan ironi. Fenomena ini memunculkan pertanyaan mendasar mengenai keselarasan antara status industri dan kualitas infrastruktur pendukungnya.

Disparitas dan Dampak Langsung

Observasi lapangan dengan jelas menunjukkan disparitas signifikan dalam kualitas PJU di Kabupaten Bekasi. Jalan-jalan protokol dan kawasan industri utama memang sudah terang benderang, mencerminkan modernitas yang diusung. Namun, begitu kita bergeser ke ruas jalan penghubung antar-kecamatan, area permukiman padat penduduk, atau bahkan beberapa akses vital, PJU seringkali minim, mati, atau redup. Tiang-tiang lampu yang tak berfungsi adalah pemandangan yang umum.

Implikasi dari kondisi ini tidak main-main. Dari sisi keamanan publik, minimnya penerangan secara langsung berkorelasi dengan potensi peningkatan tindak kriminalitas. Begal, pencurian, dan penjambretan menjadi ancaman yang lebih nyata di jalanan gelap, mengikis rasa aman masyarakat yang beraktivitas di malam hari. Dalam konteks keselamatan lalu lintas, jalan yang gelap otomatis mengurangi visibilitas pengendara. Lubang, genangan, atau hambatan lain menjadi sulit terdeteksi, meningkatkan risiko kecelakaan yang seharusnya bisa dihindari. Data kecelakaan lalu lintas di malam hari, jika dianalisis lebih lanjut, kemungkinan besar akan menunjukkan korelasi ini.

Citra Daerah dan Efisiensi Ekonomi

Lebih dari sekadar isu keamanan, permasalahan PJU juga berdampak pada citra daerah dan efisiensi ekonomi. Sebagai wilayah yang gencar menarik investasi dan menjadi tulang punggung mobilitas barang serta jasa, infrastruktur yang kurang memadai, termasuk PJU, dapat memengaruhi persepsi investor. Citra “kota industri modern” yang ingin dipertahankan Kabupaten Bekasi bisa tereduksi jika aspek dasar seperti penerangan jalan belum optimal. Efisiensi logistik dan pergerakan tenaga kerja, yang krusial bagi industri 24 jam, juga bisa terhambat meskipun dampaknya mungkin tidak selalu kasat mata.

Pemerintah Kabupaten Bekasi tentu sudah mengalokasikan anggaran untuk PJU melalui APBD. Upaya pemeliharaan dan penambahan titik lampu secara berkala terus dilakukan. Namun, kompleksitas permasalahan PJU tidak hanya terletak pada ketersediaan dana, melainkan juga pada efektivitas manajemen aset, pemeliharaan berkelanjutan, serta kecepatan adaptasi terhadap pertumbuhan wilayah yang sangat pesat. Tantangan seperti pencurian kabel, vandalisme, hingga perencanaan jaringan listrik yang belum optimal kerap menjadi batu sandungan.

Solusi Komprehensif dan Sinergi

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif dan sinergis. Audit menyeluruh terhadap sistem PJU eksisting menjadi langkah krusial untuk mengidentifikasi akar masalah, baik dari sisi teknis maupun non-teknis. Penerapan teknologi Smart PJU, dengan sistem kontrol terpusat dan sensor, dapat menawarkan efisiensi energi, kemudahan pemantauan, dan respons pemeliharaan yang lebih cepat.

Lebih jauh, kolaborasi aktif antara pemerintah daerah, sektor swasta (terutama industri yang memiliki kepentingan langsung terhadap infrastruktur), dan partisipasi masyarakat dalam melaporkan kerusakan PJU sangat dibutuhkan. Mewujudkan Kabupaten Bekasi yang terang benderang di malam hari bukan semata upaya estetika, melainkan investasi strategis untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan pada akhirnya, daya saing daerah di kancah nasional maupun global. Sudah saatnya jantung industri Indonesia ini benar-benar bersinar, baik siang maupun malam.