Menaker Yassierli Tekankan Produktivitas dan Keterampilan Digital Hadapi Dunia Kerja
ESSENSI.CO, DEPOK – Menteri Ketenagakerjaan Prof. Yassierli, Ph.D. menekankan bahwa penguatan produktivitas nasional dan penguasaan keterampilan digital menjadi fondasi utama dalam menghadapi masa depan dunia kerja yang semakin dinamis dan penuh ketidakpastian.
Hal tersebut ia sampaikan dalam agenda Pelantikan Badan Pengurus Pusat Ikatan Alumni Politeknik Negeri Jakarta yang dirangkaikan dengan Stadium Generale di Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta, Kampus Universitas Indonesia, Depok, Minggu (14/12).
Prof. Yassierli, Ph.D. menegaskan bahwa dunia kerja saat ini bergerak dalam situasi VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity), yang ditandai oleh perubahan cepat, tingkat ketidakpastian tinggi, kompleksitas persoalan, serta arah perkembangan yang kerap sulit diprediksi.
Kondisi tersebut, menurut Yassierli, menuntut kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga memiliki kemampuan adaptasi yang cepat terhadap perubahan.
Dinamika global, mulai dari disrupsi teknologi hingga dampak lanjutan pandemi COVID-19, dinilai turut memengaruhi kesiapan lulusan baru yang memasuki pasar kerja.
“Dunia kerja hari ini tidak lagi linier. Perubahan terjadi sangat cepat, sehingga kemampuan beradaptasi menjadi kunci utama,” ujar Yassierli.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian Ketenagakerjaan menetapkan Gerakan Peningkatan Produktivitas Nasional sebagai salah satu agenda strategis.
Program ini mencakup penyiapan tenaga ahli produktivitas, pelaksanaan sertifikasi, pembentukan komunitas produktivitas, pengembangan klinik produktivitas, serta penguatan kolaborasi dengan perguruan tinggi melalui pendirian pusat produktivitas.
Yassierli menyampaikan bahwa penguatan produktivitas nasional telah menjadi prioritas sejak awal dirinya menjabat sebagai Menteri Ketenagakerjaan.
Selain produktivitas, ia juga menekankan pentingnya peningkatan keterampilan digital, yang tidak selalu harus diperoleh melalui jalur pendidikan formal. Tingkat literasi dan kemahiran digital tenaga kerja Indonesia dinilai masih perlu ditingkatkan, sehingga pembelajaran berkelanjutan dan upskilling menjadi kebutuhan mendesak.
Berdasarkan data yang dipaparkan, sekitar 59 persen angkatan kerja Indonesia membutuhkan peningkatan kompetensi agar tetap relevan dengan kebutuhan industri masa depan.
Yassierli turut mengulas perubahan struktur pekerjaan akibat perkembangan teknologi. Banyak pekerjaan yang sebelumnya bersifat manual kini beralih ke pekerjaan berbasis teknologi dan inovasi.
Ia memproyeksikan bahwa pada 2030 akan muncul sekitar 170 juta jenis pekerjaan baru, sementara 92 juta pekerjaan lainnya berpotensi hilang atau tergantikan. Bahkan, sebagian besar pekerjaan yang kini berkembang pesat belum dikenal dua dekade lalu.
Menurutnya, tantangan tersebut menjadi tanggung jawab bersama, termasuk peran dosen dan perguruan tinggi, dalam menyiapkan lulusan yang adaptif, lincah, dan memiliki daya saing global.
Pendekatan penguasaan kompetensi juga perlu bergeser dari fokus pada satu keahlian tunggal menuju kombinasi keterampilan teknis, kognitif, dan sosial.
“Inovasi dan kreativitas menjadi faktor kunci agar lulusan mampu bertahan dan berkembang di tengah perubahan yang sangat cepat,” ujarnya.
Di akhir sambutannya, Yassierli menekankan bahwa kemampuan terpenting dalam menghadapi masa depan kerja adalah learning agility, yang didukung oleh design thinking, kecerdasan emosional, kemampuan kolaborasi, serta sikap inklusif.
Ia berharap para alumni Politeknik Negeri Jakarta dapat terus membangun sinergi dengan civitas akademika dan dunia industri untuk memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan nasional di tengah tantangan global yang semakin kompleks. (Red)


