Sejarah

Kutai Martadipura, Jejak Kerajaan Tertua Indonesia yang Bikin Takjub!

ilustrasi Kerajaan Kutai Martadipura (Unsplash)

Kalau Indonesia Punya Versi “Kerajaan Pertama”, Ini Dia Jawaranya!

ESSENSI.CO, BEKASI – Sebelum Majapahit nge-hits, sebelum Sriwijaya menguasai lautan, Indonesia udah punya kerajaan yang legit dan tertua banget: Kerajaan Kutai Martadipura. Nggak banyak yang tahu, tapi justru kerajaan ini adalah awal mula sejarah tertulis di Nusantara. Serius, ini bukan dongeng—ada prasastinya!

Awal Mula: Bukan Sekadar Legenda, Tapi Tercatat di Batu

Kutai Martadipura berdiri di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kutai, Kalimantan Timur. Berdirinya diperkirakan sekitar abad ke-4 Masehi, menjadikannya kerajaan tertua di Indonesia yang diketahui secara arkeologis.

Bukti kehadiran kerajaan ini bisa dilacak lewat 7 Prasasti Yupa—semacam tugu batu dengan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta. Di situ tertulis tentang raja, silsilah, dan persembahan kepada para brahmana. Gokilnya, ini artinya Indonesia udah punya sistem kerajaan, kepercayaan, dan bahasa tertulis sejak ribuan tahun lalu!

Raja-Raja Legendaris yang Mengawali Sejarah

Dalam prasasti Yupa, disebut nama-nama raja Kutai yang bikin sejarah jadi lebih nyata:

  • Kudungga: Raja pertama yang disebut dalam prasasti. Nama ini terkesan lokal banget, bukan dari bahasa Sansekerta. Ini bikin para sejarawan mikir kalau dia adalah penduduk lokal yang kemudian embrace budaya India.

  • Aswawarman: Anak Kudungga, mulai memadukan sistem pemerintahan lokal dengan gaya Hindu. Dianggap sebagai pendiri dinasti.

  • Mulawarman: Raja terbesar Kutai Martadipura. Dikenal dermawan dan religius—pernah menyumbangkan ribuan ekor sapi untuk upacara keagamaan. That’s some next-level CSR, bahkan sebelum istilah CSR ada!

Agama dan Budaya: Kental Nuansa Hindu

Kutai Martadipura menganut Hindu aliran Siwaisme, yang bisa kita lihat dari isi prasasti dan berbagai upacara keagamaan saat itu. Budaya India begitu kental karena banyaknya pengaruh dari India Selatan. Tapi tetap, kerajaan ini bukan copy-paste India, karena masyarakat lokal tetap mempertahankan identitas mereka sambil nge-blend sama budaya luar.

Itu sebabnya, kita bisa bilang Kutai adalah contoh awal dari akulturasi budaya—nilai lokal yang berpadu dengan pengaruh luar secara halus dan harmonis. Indonesia banget, kan?

Prasasti Yupa: Bukti Fisik yang Ngomong Lebih dari Sekadar Kata-Kata

Bayangin, 1.600 tahun lalu, nenek moyang kita udah nulis sejarah di batu. Prasasti Yupa bukan cuma batu biasa, tapi Instagram post-nya zaman dulu—tempat mereka nunjukin siapa yang memerintah, gimana masyarakat hidup, dan apa nilai yang mereka anut.

  • Ditulis dengan huruf Pallawa.

  • Menggunakan bahasa Sansekerta, yang saat itu jadi bahasa elit di Asia Selatan.

  • Menceritakan tentang pengorbanan, silsilah raja, dan kebaikan hati pemimpin.

Akhir Kisah: Kecil Tapi Berarti

Sayangnya, sejarah nggak banyak mencatat bagaimana Kutai Martadipura runtuh. Tapi jejaknya tetap hidup dalam berbagai penemuan arkeologi dan kebanggaan lokal masyarakat Kutai.

Kutai memang bukan kerajaan besar seperti Majapahit atau Sriwijaya, tapi dialah yang start the game. Dialah fondasi dari ribuan tahun sejarah kerajaan yang kita banggakan sampai sekarang.

Dari Batu ke Buku Sejarah

Kutai Martadipura itu kaya OG-nya peradaban Nusantara. Nggak banyak dramanya, nggak banyak disorot, tapi pengaruhnya luar biasa. Dari prasasti ke pelajaran sejarah, dari raja lokal ke kekuatan spiritual, Kutai ngajarin kita kalau identitas bangsa itu terbentuk dari kolaborasi budaya dan kearifan lokal.

So, kalau kamu suka sejarah atau sekadar penasaran, jangan lupakan Kutai. Karena semua yang besar, selalu berawal dari yang pertama.