Ternate dan Tidore, Duo Sultan yang Jadi Bos Rempah Dunia
ESSENSI.CO | BEKASI – Zaman sekarang orang rela checkout mahal cuma buat beli bumbu impor, tapi tahukah kamu… dulu justru dunia rebutan masuk Indonesia cuma buat dapetin rempah-rempah?
Yup! Di balik aroma cengkeh dan pala yang sekarang ada di dapur kamu, dulu ada dua kerajaan besar di Timur Indonesia yang jadi rebutan bangsa Eropa: Kerajaan Ternate dan Tidore. Mereka bukan cuma penguasa Maluku, tapi juga power player global saat dunia lagi demam rempah.
Awal Mula: Berdiri di Tanah Cengkeh
Ternate dan Tidore adalah dua kerajaan Islam yang berdiri di Kepulauan Maluku, tepatnya di pulau Ternate dan Tidore (nggak susah nebak, ya). Mereka berkembang sejak abad ke-13 dan 14, dan mulai kuat banget setelah masuknya Islam.
Tapi yang bikin mereka tajir melintir dan diperhitungkan dunia adalah komoditas emas dunia saat itu: CENGKEH. Di masa itu, cengkeh bukan cuma bumbu dapur, tapi komoditas mewah yang harganya bisa setara emas. Kebayang, kan?
Rempah = Rebutan: Saat Eropa Masuk Bawa Ambisi
Karena rempah-rempah Maluku super laris, bangsa-bangsa Eropa mulai datang: Portugis, Spanyol, Belanda, bahkan Inggris. Awalnya sih, sok bantu dagang. Tapi ujung-ujungnya, semua pengin kuasai Ternate dan Tidore.
-
Ternate lebih dekat sama Portugis dan kemudian Belanda.
-
Tidore sempat kolaborasi dengan Spanyol dan Inggris.
Jadinya? Persaingan panas banget. Bahkan dua kerajaan ini sempat berseteru karena pengaruh luar. Tapi di sisi lain, mereka juga sempat saling bantu untuk ngusir para penjajah. Complicated relationship banget!
Sultan-Sultan Legendaris: Lebih dari Sekadar Penguasa
Beberapa sultan dari Ternate dan Tidore punya pengaruh besar banget. Mereka bukan raja biasa, tapi tokoh politik, diplomasi, dan bahkan militer:
-
Sultan Baabullah (Ternate) – Dijuluki “Penguasa 72 Pulau”. Beliau berhasil mengusir Portugis dari benteng mereka dan jadi simbol perlawanan.
-
Sultan Nuku (Tidore) – Salah satu pahlawan nasional Indonesia. Beliau memimpin perlawanan anti-Belanda dan menjalin aliansi dengan Inggris untuk mempertahankan kemerdekaan.
Keren banget, kan? Sultan zaman dulu udah networking sampai Eropa.
Kolonialisme: Ketika Rempah Berubah Jadi Kutukan
Setelah Belanda (VOC) beneran ngakar di Indonesia, Ternate dan Tidore perlahan kehilangan kekuatan politiknya. Mereka dijadikan kerajaan vasal dan dikendalikan oleh sistem monopoli dagang VOC.
Rempah yang dulunya jadi sumber kekayaan, malah berubah jadi alasan mereka dijajah. VOC ngelarang rakyat menanam cengkeh sendiri, bahkan sampai ada kebijakan pembakaran pohon cengkeh di luar wilayah monopoli. Sadis.
Warisan yang Masih Hidup Sampai Sekarang
Walau kejayaan politiknya meredup, jejak Ternate dan Tidore masih hidup:
-
Tradisi kesultanan masih dijaga hingga hari ini.
-
Budaya Islam lokal yang kental dan kuat.
-
Sejarah perlawanan mereka jadi bagian penting dalam identitas nasional Indonesia.
Dan yang pasti, aroma rempah dari Maluku masih jadi legenda dunia. Bahkan sampai sekarang, banyak ilmuwan dan turis dunia penasaran pengin datang ke Maluku karena kisah sejarah rempahnya.
Dari Dapur ke Dunia
Ternate dan Tidore ngajarin kita satu hal: apa yang kita anggap remeh di dapur, bisa jadi alasan bangsa-bangsa besar datang dan bertarung. Dari situ kita tahu, Indonesia itu nggak pernah kecil di peta sejarah. Kita cuma perlu lebih paham dan bangga.
So, next time kamu masak pakai cengkeh atau pala, inget… itu bukan sekadar bumbu, tapi jejak kekuasaan global dari ujung timur Nusantara.