Menalar Kritis Sebagai Bentuk Kritik Terhadap Mahasiswa Zaman Ini

Ilustrasi: (essensi.co)

RUANG BERSUARA – Mungkin tidak ada salahnya jika orang-orang generasi sebelum tahun 2000-an menuduh generasi milenial dan Z sebagai generasi yang melupakan sejarah.

Generasi ini memiliki pengetahuan karena selalu ingin hal-hal instan dalam hidupnya, bahkan pengetahuan pun ingin didapatkan secara instan.

Memang tidak semua dari kalangan generasi ini bertindak seperti itu, namun agaknya terjadi suatu kesalahan besar dalam pola pikir generasi zaman ini, di mana yang bodoh semakin berkoar-koar di mana-mana, sementara yang punya kapasitas dan tahu mana yang seharusnya hanya diam saja. Ketidaktahuan semakin merajalela di tengah zaman yang informasi berlimpah, sungguh sebuah ironi.

Ketidaktahuan dan matinya nalar kritis membuat negara ini dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. Hanya seseorang dengan celotehan bercanda mendapat penghargaan, sedangkan mereka yang berprestasi di kancah dunia hanya ditayangkan berita sebatas supaya negara tahu mereka ada, sungguh sebuah ironi.

Lalu, di mana mahasiswa yang katanya memiliki nalar kritis, pembela rakyat, pendekar zaman dan masanya? Apa yang sedang mereka lakukan? Apakah tidak ada yang sadar dengan kesalahan dan kedunguan yang sedang merajalela di negara kita? Ternyata mereka sibuk ingin mengulang keberhasilan reformasi di zaman orba.

Sibuk merancang narasi ingin menggulingkan pemerintah, dan lain sebagainya. Sibuk menjual nama rakyat yang mereka anggap menderita. Memang tidak ada salahnya memiliki pola pikir demikian, tetapi jangan lupa.

Ada masa, ada orangnya, ada orang, ada masanya. Para senior kita di zaman orba memang harus turun ke jalan. Mau tidak mau, siap tidak siap, demi menggulingkan rezim otoriter zaman itu. Sedangkan permasalahan di zaman kita sudah berbeda, kita seharusnya tidak lagi berpikir menggulingkan rezim dan lain sebagainya.

Karena jika narasi yang kalian kumandangkan selama ini benar, bahwa rezim ini otoriter. Apakah ada yang sudah mati ketika menulis opini yang mengkritik pemerintah? Atau apakah sudah ada orang gila yang berkoar-koar tentang kedunguan presiden, kegoblokan presiden yang sudah diculik paksa? Tentu tidak ada, bahkan orang gila yang dipuja banyak orang dengan menjual kata-kata dungu presiden saja masih bebas berkeliling Indonesia.

Oleh karena itu, berhentilah berorasi membela rakyat dan lain sebagainya. Idealisme di masa muda memang tidak ada salahnya, tetapi lebih baik belajar dan memperkaya diri dengan wawasan pengetahuan, supaya ketika selesai di dunia pendidikan, nantinya dapat menjadi manusia yang berguna. Yah, setidaknya mendapat pekerjaan dan tidak menambah beban di keluarga.

Jangan nantinya ketika selesai dari status mahasiswa malah jadi seorang tunawisma karena tidak punya keterampilan untuk bekerja. Itulah realita saudaraku sesama kaum muda. Berpikirlah kritis dan analisislah lebih mendalam lagi suatu permasalahan yang ada sebelum turun ke jalanan.

Surat terbuka ini saya tujukan kepada sesama saya generasi muda di seluruh Indonesia. Jika anda bijak, renungkan, dan introspeksi diri atas kritik yang saya sampaikan. Jika tidak, silahkan buat sesuatu yang membanggakan keluarga anda, supaya tidak ada lagi yang berkata meremehkan generasi kita.

Risalah ini juga saya tujukan kepada semua orang yang menyamaratakan pemikiran kaum muda di zaman ini, menuduh kami sebagai generasi yang lupa sejarah, dan lain sebagainya. Hingga lupa suara siapa yang generasi kalian manfaatkan demi mencapai bangku kekuasaan. Kritik ini menandang dengan tegas dan menegur dengan keras siapa pun mereka yang masih saja mengatasnamakan rakyat dan status suci pembela rakyat yaitu “mahasiswa”.

Lupakan segala yang telah terjadi selama ini, dan mari bersama berpikir kritis dan berpikiran terbuka supaya kita dapat membangun negara yang maju, makmur, adil, dan sejahtera.

Jika masih saja ada yang memiliki pemikiran yang masih saja sama dan berpola mistika seperti yang dikatakan oleh Tan Malaka, jangan seperti orang tua berkacamata yang sok pintar dan sok keras, namun tidak terima jika jagoan politiknya kalah.

Mari berpikir kritis, berjiwa sportif, supaya generasi kita yang menjadi penerus bangsa ini siap dengan berbagai kemajuan zaman yang akan kita hadapi di masa mendatang, terutama di era yang serba instan.

Julio Purba Kencana